Renungan Rabu , 30 September 2020

Bacaan I:  Ayub 9:1-12.14-16

Mazmur: 88:10b-15;R:3a

Bacaan Injil: Lukas 9:57-62

Renungan

Kitab Ayub menggambarkan pergumulan dan pertanyaan yang dialami oleh banyak orang terutama mengenai realitas penderitaan. Lebih tidak mudah lagi manakala orang-orang yang hidup saleh, baik dan terhormat, ternyata mengalami penderitaan. Mengapa ada penderitaan? Dari mana itu berasal? Di manakah Tuhan dalam penderitaan? Masih banyak lagi sederet pertanyaan serupa St. Thereia Benedicta Salib (Edith Stein) dapat menjadi inspirasi bagi kita memaknai penderita sekaligus arti kemuridan sejati. ”Setiap orang yang siap membajak tetapi menoleh, tidak layak untuk Kerajaan Allah

Tahun 1917 Edith Stein menerima kabar bahwa Adolf Reinach, seorang professor yang ia kagumi dan hormati meninggal dan ia diminta untuk menghibur istrinya. Edith Stein terkejut ketika dia menemukan bahwa janda Reinach tidak berduka berat atau pun marah serta trauma karena kematian suaminya. Sebaliknya yang ia jumpai ialah seorang wanita yang penuh harapan, dan malahan bisa menghibur teman-temanya yang lain. Pertemuan dengan janda Reinach ini menyentuh hati Edith. Pencarian Edith yang selalu menuntut logis serta latihan filsafatnya tidak memberikan kerangka pada pengalaman semacam itu. Pengalaman itu ia tuliskan, “Inilah perjumpaan saya yang pertama dengan salib. Untuk pertama kalinya saya melihat dengan kepala saya sendiri Gereja yang lahir dari penderitaaan Penebus yang menang atas kematian. Inilah saat ketidak-percayaan saya runtuh dan Kristus bersinar di depan saya dalam misteri salib.” Saat itulah titik balik hidupnya dn ia memutuskan menjadi pengikut Yesus.

Dihadapan realitas penderitaan, Edith Stein tak lagi bertanya mengapa, kini dia bertanya: Apa yang bisa aku buat? Inilah kesaksian tentang apa yang ia lakukan: “Ada suasana sengsara yang tak terlukiskan dalam kamp. Ada banyak tawanan baru. Mereka menderita dan begitu cemas. Edith Stein yang berada diantara mereka. Bagaikan seorang malaikat. Banyak ibu menangisi nasibnya dan tidak mempedulikan  anak-anaknya. Edith Stein yang mencoba memelihara anak-anak kecil itu. Ia memandikan mereka, menyisir rambutnya, mencarikan makanan dan memberi makan.”

Doa:

Tuhan Yesus, semoga kami semakin menemukan makna dan sukacita dalam mengikuti Engkau. Amin

Sumber: Ziarah Batin 2020, Obor Jakarta