Renungan Pagi Senin, 15 Februari 2021
Bacaan I : Kej. 4:1-15.25
Mazmur : 50:1.8.16bc-17.20-21;R:14a
Bacaan Injil : Markus 8:11-13
Renungan
Iri hati dan cemburu adalah penyakit yang seringkali memnghampiri hati manusia. “Mengapa dia dan bukan saya?” “Maunya saya dan bukan yang lain”. Inilah kira-kira pergumulan dibalik rasa iri hatidan cemburu. Itulah yang kita dengar dalam bacaan yang pertama. Cemburu itu adalah bibit dari kekerasan. Yang dicemburui itu dilihat sebagai penghalang terhadap kebesarannya, terhadap kebesaran dirinya. Orang yang cemburu dan iri hati tidak mampu menjadi bahagia bersama orang lain yang sukses. Mereka berprinsip hanya saya yang besar, pintar, dan punya semuannya, dan yang lain tidak ada apa-apanya. Karena itu yang lain harus dihabisi. Demikianlah yang dilakukan Kain. Ia membunuh Habel, adiknya. Tetapi rupanya darah manusia tidak pernah diam. Darah Habel terus berteriak sampai Tuhan mendengarnya. Akibat kekerasan yang dilakukannya, maka Kain juga harus mengalami kekerasan juga dalam hidupnya. Ia menjadi manusia terbuang, seorang pelarian, dan pengembara yang arah hidupnya tak jelas.
Iri hati dan cemburu masih menjadi penyakit yang menyerang hati kaum Farisi. Karena iri hati terhadap Yesus, mereka mencobai Yesus dan meminta tanda. Namun Yesus tidak memberikan tanda. Tanda hanya diberikan untuk pembebasan manusia supaya diri-Nya dimuliakan, dan bukan untuk memuaskan rasa iri hati dan bukan objek utnuk menjawab cobaan. Tuhan meninggalkan mereka. Iri hati sering membuat kita ditinggalkan bahkan oleh Tuhan sendiri. Tentu dalam hal ini kita yang menjauh dari-Nya.
Doa: Tuhan bantulah kami utnuk menjadi senang dan bahagia bersama mereka yang mampu melakukan hal-hal yang luar biasa dan bukannya menjadi iri hati Semoga kami menjadi manusia yang rendah hati dan jujur mengakui kebesaran dan keberhasilan orang lain.. Amin.