Renungan Selasa, 19 Januari 2021

Bacaan I          : Ibr. 6:10-20

Mazmur           : 111:1-2.4-5.9.10c;R:5b

Bacaan Injil     : Markus 2:23-28

Renungan

Program di rumah saja ketika pandemi covid-19 memberikan banyak sekali pengalaman rohani. Salah satu yang mendasar antara lain banyak orang menemukan makna di rumah saja seperti Sabat dalam Injil. Di rumah saja bukan persoalan berhenti bekerja melainkan semakin menemukan dan merasakan sapaan Allah secara personal. Orang tidak sibuk dengan pekerjaannya, tetapi mereka mengerti bahwa kebersamaan dengan Allah kita bisa melihat dan melakukan banyak hal baik bagi orang lain. Pada hari Sabat Yesus juga menemukan apa yang dibutuhkan oleh orang-orang yang menderita.

Namun, orang Farisi membuat Sabat menjadi belenggu yang membatasi ruang gerak. Oleh sebab itu, Yesus menunjukan  bahwa hari Sabat merupakan karunia Allah, yang dirancang sebagai hari istirahat dan hari ibadah. Bila Yesus dan dan para murid beraktivitas pada hari Sabat, Ia tidak Sabat. Yesus menjadikan karya-Nya sebagai bukti bahwa Anak Manusia adalah Tuhan atas hati Sabat. Dalam peristiwa makan di ladang gandum dan penyembuhan orang, Yesus mengembalikan arti Sabat yang sesungguhnya.

Sabat hendaknya mendatangkan berkat, bukan menjadi belenggu. Sabat menjadikan manusia makin menyadari hakikat diri dan memahami bahwa Allah adalah si Empunya hari Sabat. Manusia mesti menjadikan hari Sabat sebagai hari penuh berkat dan membagi berkat. Berkat belas kasih bagi yang sakit, makanan bagi yang lapar, dan pembebasan bagi yang tertindas. Memaknai Sabat sebagai hari perhentian berarti menyediakan ruang bagi Allah untuk menyatakan karya-Nya dalam hidup kita. Juga ruang bagi kita untuk menumbuhkan kepekaan terhadap sesama.  

Doa: Allah yang maha baik, terima kasih atas kesempatan untuk boleh mengalami keheningan. Semoga kami sungguh-sungguh semakin mengenal Engkau dan diri kami sendiri. Amin.