Renungan Senin, 8 November 2021
Bacaan I : Keb. 1:1-7
Mazmur : 139:1-3.4-6.7-8.9-10
Injil : Luk. 17:1-6
The Tablet, sebuah majalah mingguan Katolik, pernah menyajikan sebuah kisah tentang seorang imam sepuh, Cyril Murtagh, yang melayani umatnya dengan sukacita sampai usianya yang kesembilan puluh dua tahun. Imam tua itu begitu dicintai dan dihargai oleh umatnya karena ia menjadi seorang imam yang sederhana yang mampu menghargai, mendengar, menasehati, menyatukan, dan mengampuni umatnya. Hal yang sama diwartakan kepada kita. Kita semua diajak untuk mempraktikan cara hidup beriman Kristianai yang hakiki. Kita hanya dapat melakukannya apabila ada dasar iman yang kokoh serta kepercayaan yang teguh pada penyelenggaraan ilahi.
Kisah perjalanan hidup imam sepuh tersebut bagaikan cermin dari bacaan Injil hari ini. Ia tidak menghakimin melainkan mengampuni. Ia juga tidak menyesatkan, melainkan menyatukan umatnya. Ia tidak membiarkan umatnya berkutat dalam dosa, tetapi ia menasehati dan memberikan mereka kesempatan untuk bertobat. Pada akhir Injil hari ini, para murid meminta kepada Yesus untuk menambahkan iman mereka. Sebenarnya, jikalau mereka menjalankan nasehat yang diberikan Yesus, iman mereka akan sungguh bertamabh. Pastor Cyril Murtagh mengatakan, “Fait is an invitation to belive” Benar bahwa beriman berarti kita diundang untuk percaya. Kita diajak untuk menamabh iman dan kepercayaan kita dengan menjalankan pesan-pesan Injil, yakni dengan menjadi saudara bag sesama, saling menjaga, saling menasehati, saling mempersatukan dan saling mengampuni.
“Ya Allah, banyak hal yang tidak mampu kami pahami dalam kehidupan ini. Semoga Roh Kudus-Mu menuntun kami untuk hidup dalam kejujuran. Amin”
Sumber: Ziarah batin 2021, Obor, Jakarta