Renungan Pagi Selasa, 27 April 2021

Bacaan I     : Kis. 11:19-26

Mazmur      : 87:1-3.4-5.6-7;R:117:1a

Bacaan Injil : Yoh. 10:22-30

Renungan

Di sebuah Sekolah Tinggi Filsafat, pernah ada beberapa orang mahasiswa mengalami kebimbangan mengenai iman akan Yesus. Kebimbangan itu berkutat pada pertanyaan “Apakah Yesus itu sungguh-sungguh Allah?”  Semakin dipikir-pikr, segala kisah-kisah mengenai Yesus dalam Injil seakan menjadi kisah tawar dan tanpa makna; pekerjaan-pekerjaan luar biasa yang Yesus lakukan sepertinya hanya menjadi kisah umum biasa. Dalam kebimbangan iru, seolah muncul tuntutan agar Yesus melakukan sesuatu yang mereka harapkan “Sekarang dan di sini” Melakukan sesuatu yang memuaskan rasio dan membuat mereka terdiam, tak bertanya apa-apa lagi. Benar, dalam kebimbangan kita selalu menuntut tanda.

Dalam iman yang hanya berdiri di atas dasar rasionalitas apalagi emosi, adalah kekanak-kanakan. Kita tidak akan pernah samapai atau menemukan pemahaman iman yang mendalam akan Yesus (Alla) jika kita berpikir bahwa iman itu hanyalah produk rasio. Iman bukanlah sesuatu yang berifat matematis. Iman adlah daya kerja ilahi di dalam kemanusiaan kita sendiri. Kita menjadi sulit beriman jika kita hanya mengandalkan pikiran-kecerdasan, asumsi, kemauan/kepentingan kita. Berima secara dewasa terlihat dari bagaiaman cara memandang kenyataan. Ada begitu banyak hal yang lebih patut disyukuri ketimbang dikeluhkan. Ada begitu banyak guratan-guratan dalam keseharian kita yang melukiskan wajah Allah. Ada begitu banyak peristiwa dalam hidup lita yang sebenarnya menjadi His-Story (history) Kisah-Nya Allah.

Doa: Ya Allah, Sejarah hidup kami penuh dnegan keragua-raguan. Semoga kami semakin mampu mengalami perjump[aan dengan Dikau, sehingga semakin jernih dalam mengenali-Mu. Amin. Sumber: Ziarah Batin 2021, Obor, Jakarta