Renungan Rabu, 10 November 2021

Bacaan I          : Keb. 6:2-11

Mazmur          : 82:3-4.6-7; R:8a

Injil                  : Luk. 17:11-19

Bacaan-bacaan hari ini berbicara tentang kemahakuasaan Allah. Dalam Kitab Kebijaksanaan, para pemimpin dianjurkan mendengarkan Tuhan Yang Mahatinggi karena kekuasaan yang mereka miliki berasal dari Tuhan. Sementara itu, dalam Injil Lukas digambarkan kekuasaan Tuhan  dalam menyembuhkan sepuluh orang kusta. Kan tetapi, ada satu nilai yang sangat ditekankan, yaitu perihal mengucap syukur. Yesus telah menyembuhkan sepuluh orang kusta dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem, namun hanya satu orang yang datang menemui Yesus untuk mengucap syukur atas kesembuhan yang mereka alami.

Mengucap syukur merupakan satu hal sederhana yang mesti kita lakukan atas apa yang kita peroleh dari Tuhan. Ia telah memberikan semua yang terbaik bagi kita, karena Dia mengenal dan memahami apa yang kita butuhkan. Bahkan, rela mengurbankan diri-Nya sendiri sampai mati terhina di kayu salib.

Apa yang membuat kita sulit beryukur? Pada umumnya karena kita menganggap diri kita hebat dan kuat, Di kala kesusahan menerpa hidup kita, sering kali bertekuk, lutut di hadapan Tuhan adalah pilihan yang mesti dibuat. Namun, ketika situasi sulit itu berlalu, kita cepat sekali lupa atau berpura-pura lupa bhwa kuasa Tuhanlah yang memampukan kita dan menunjuk jalan yang mesti dilalui untuk mengatasi kesulitan itu. Kita terlalu membaggakan diri. Tibdakan mengucap syukur atas apa yang kita miliki bukanlah semata-mata reaksi emosional sebagai manusia, tetapi lebih merupakan sebuah ungkapan iman yang teramat dalam.

“Ya Allah, banyak hal yang tidak mampu kami pahami dalam kehidupan ini. Semoga Roh Kudus-Mu menuntun kami untuk hidup dalam kejujuran. Amin”  

Sumber: Ziarah batin 2021, Obor, Jakarta