Renungan Selasa, 12 Oktober 2021
Bacaan I : Rm. 1:16-25
Mazmur : 19:2-5;R:2a
Injil : Luk. 11:37-41
Hari ini kita mendengarkan kisah bagaimana Yesus berhadapan dengan orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Yesus dikritik oleh orang Farisi dan ahli Taurat karena murid-murid-Nya tidak melakukan sebuah kebiasaan yang lazim pada zaman itu, yaitu mencuci tangan sebelum makan. Sebelumnya kalau dipikir-pikir apa yang dikatakan oleh orang Farisi dan ahli Taurat benar dan wajar, kalau mau makan harus cuci tangan. Ini juga nasehat dari orang tua kita zaman dahulu bahkan lebih relevan lagi pada zaman pandemic Covid 19. Cuci tangan pakai hand sanitaizer adalah suatu kewajiban. Artinya, apa yang dikatakan oleh orang Farisi dan ahli Taurat adalah sesuatu yang manusiawi dan normal.
Akan tetapi, mengapa Yesus bersikap keras terhadapa orang Farisi dan ahli Taurat? Yesus melihat lebih jauh dan lebih dalam. Bukan sekadar cuci tangan, melainkan Yesus mengkritik sikap hati dan juga apa yanda dalam batin orang Farisi dan ahli Taurat. Mereka sangat suka menekankan pada sesuatu yang lahiriah, sesuatu yang dangkal; dan mementingkan aspek luaran dan mereka lupa pada aspek yang terdalam.
Yesus mengatakan: “Kamu membersihkan bagian luar dari cawan, tetapi bagian dalam penuh rampasan dan kejahatan.” Orang Farisi dan ahli taurat diajar oleh Tuhan Yesus bahwa dalam kehidupan rohani kita tidak sekadar ingin kelihatan dari luar dilihat baik, saleh dan memenuhi semua kewajiban hokum atau aturan agama. Tetapi yang kehendaki adalah semua itu mengalir dari hati di mana orang harus benar-benar memiliki kesalehan sejati.
“Tuhan Yesus, tegurlah kami bila kami berlaku munafik dan hanya ingin dipuji. Semoga kami sungguh-sungguh menyadari kerapuhan insani kami sehingga kami berlaku sesuai dengan kehendak-Mu.” Amin.
Sumber: Ziarah batin 2021, Obor, Jakarta